Jumat, 10 Mei 2013

racau calon perantau


Malam ini perasaan saya begitu campur aduk. Pasalnya, esok hari adalah hari keberangkatan saya menuju tempat yang jauh dari rumah dalam waktu lama: Pulau Timor. Ini adalah pengalaman merantau terjauh yang pernah saya lakukan selama seperempat abad saya hidup. Saya terbang jauh ke pulau dimana cukup banyak para pejalan (atau sebut saja.. backpacker) memasukkan nama daerah-daerah di sini ke dalam daftar tujuan ‘jalan-jalannya’. Sebagai tempat tujuan perjalanan tentu pemilihan pulau ini tidak serta merta asal masuk dalam daftar. Pasti ada alasan-alasan tertentu mengapa pulau ini layak untuk dijejaki. Untuk itu, sebelum benar-benar berangkat ke tanah timor, saya mencari tempat-tempat mana saja yang bisa saya singgahi saat senggang. Well, saya lupa bilang bahwa kepergian saya ke sini bukan dalam misi liburan. Saya terpaksa dikirim oleh kantor untuk segudang target yang sudah tertulis di proposal penelitian. Dengan berat senang hati saya terima tawaran penelitian di pulau yang bermil-mil jauhnya dari tanah kelahiran saya, Jawa. Takut dan senang jadi satu. Pernah ditraktir makan bakso teh manis tapi di meja makannya ada kecoa? Nah, kurang lebih begitu.

Surat perintah sudah diterbitkan, pasukan sudah disiapkan. Tak ada waktu lagi untuk saya berpikir sambil asik makan bakso. Saya langsung tanya guru spiritual dan penasihat hidup saya : Mbah Google. Pada beliau saya bertanya banyak tentang kondisi tanah Timor dan masyarakatnya. Dan.. tentang tempat-tempat yang patut disambangi jika kelak saya bosan. Ini sebenarnya adalah usaha saya untuk meredam takut. Saya perlu membayangkan dan tahu hal yang bisa membuat saya tenang dan senang. Seperti pantai misalnya. Kalau isu penelitian yang saya dan teman-teman usung adalah pengurangan risiko bencana, nah ini juga bisa jadi upaya pengurangan risiko bencana untuk saya sendiri. Risiko berhadapan dengan bencana bernama bosan dan rindu rumah. Hah. Satu jam sudah saya baca-baca beberapa artikel dari si Mbah tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal saya selama kurang lebih setengah tahun ke depan. Setidaknya saya menemukan 3 tempat yang memungkinkan saya singgahi nanti : pantai, gunung dan air terjun. Sip. Jarum jam masih saja  berlari congkak. Tak mau menunggu saya yang masih mau berlama-lama memakai internet gratis sepuasnya di kantor untuk cari tahu ini itu. Karena saya tahu, saya tak akan bisa berselancar bebas di kantor saya yang baru di timor sana. Hah sudahlah. Sepertinya saya memang harus bergegas pulang dan mengemasi barang. Besok saya resmi jadi perantau..

ps : tulisan ini harusnya diposting pertengahan Januari lalu saat saya mau berangkat. Namun, karena kebodohan saya, tulisan ini teronggok begitu lama di draft dan lupa dipublish. Jadi kalau ada yang tanya, apa yang lebih fana dari hidup di dunia? Adalah ingatan saya.