Rabu, 23 Februari 2011

nostalgi(L)a enol enam

Alkisah, suatu hari di negri odong-odong hiduplah beribu-ribu anak muda yang sedang gelisah tak menentu. Kegelisahan itu dirasakan serempak di 5 kota besar (ah, kayak konser band dungu saja) lantaran hari itu adalah hari pengumuman hasil ujian masuk perguruan tinggi ngeri di negri itu. Waktu saat itu berjalan saaaangaaatt lambat. Sambil menunggu waktu keluarnya pengumuman, akhirnya para pemuda melakukan berbagai aktivitas yang (dianggapnya) berguna. Ada yang makan bakso, menggiring bebek, membajak sawah sampai liburan ke pulau Ketimun Jawa (pulau dengan pantai indah dan bertabur pohon ketimun). Setelah sekian lama menunggu, akhirnya waktu yang dinanti pun tiba. Tepat jam 12 teng ribuan anak muda negri odong-odong membuka situs yang menyajikan daftar menu dan harga makanan Eropa. Bukan deng! Dengan penuh semangat dan kegigihan, mereka membuka situs yang menyiarkan pengumuman hasil ujian masuk perguruan tinggi ngeri itu.

Singkatnya, ada satu jurusan bergengsi dan menjadi incaran milyaran orang di dunia. Let’s say jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Banyak orang di dunia yang sampai mengorbankan hewan ternaknya atau bahkan rela menunggu seribu tahun lamanya untuk bisa masuk dan mengenyam ilmu di jurusan bergengsi itu. Begitu pun dengan ribuan anak muda negri odong-odong yang menunggu dengan segenap tubuh, roh dan jiwa mereka dalam kegelisahan. Menanti apakah mereka dapat diterima di jurusan bergengsi, salah satu perguruan tinggi ngeri di pusat kota negri odong-odong itu. Dengan seleksi yang sangat ketat, sistematis dan terarah akhirnya terpilihlah 30 anak muda yang beruntung untuk mengenyam ilmu di jurusan bergengsi itu. Sujud sukur(in) tak henti dilakukan oleh mereka yang terpilih. Kalau boleh saya analogikan, mungkin rasanya seperti seorang kandidat presiden yang akhirnya menang dalam pemilu dan terpilih menjadi presiden. Begitulah kira-kira.
Berselang beberapa hari dari hari pengumuman itu, tibalah waktu dimana mereka memasuki dunia dan hari-hari yang baru dalam kehidupan mereka. Kuliah. Namun, seperti halnya sekolah dan perguruan tinggi lain, di perguruan tinggi ngeri ini mereka diharuskan mengikuti masa orientasi sebagai masa mereka bisa beradaptasi dan memahami lingkungan baru mereka. Mengenal lingkungan yang hebat, kampus yang hebat, dan jurusan yang hebat. Itu intinya.
Dan sebagai tradisi masa orientasi, setiap angkatan yang masuk jurusan bergengsi ini diwajibkan membuat lagu angkatan, yang baik nada maupun liriknya tidak boleh meniru lagu dari penyanyi atau band yang sudah ada (apalagi lagu band dungu). Haram hukumnya! Berbekal kecerdasan intelektual di atas rata-rata dan selera musik yang tinggi, 30 anak muda terpilih tadi akhirnya membuat lagu dengan nada terindah sejagat raya dan dipercaya dapat menyabet Kremi Award kategori lagu terpaporit, terkreatip, dan tidak terpikirkan! Saya yakin itu. Untuk lebih meyakinkan anda, simaklah kata demi kata yang memiliki jutaan makna dari tiap lirik lagu angkatan ini..

Bangun bangun bangun pagi hari
Lihat aku di sini
Lamaaa perjalanan ini, mencari jati diri
Bersama-sama menghadapi, menjalani hari ini
Pastikan langkah kita satu
langkahmu dan langkahku..

Ohhh kessos enol enam..
Ohh berdiri di sini..
Ohh kessos enol enam..
Mengejar cita, meraih mimpiii..


*sayangnya, saya belum punya kaset rekaman atau piringan hitam yang menjadi bukti betapa indah dan abadinya karya yang dibuat (bahkan jika dibandingkan dengan karya-karya The Beatles atau penyanyi legendaris dunia lainnya). Dan pada akhirnya, kisah 'nostalgi(L)a enol enam' ini saya buat di bawah kasur dan alam sadar sebagai representasi kecintaan saya pada sahabat-sahabat kessos enol enam yang telah memberikan banyak pelajaran dalam hidup saya. Sekian.



3 comments:

Anonim mengatakan...

HAHAHAHAHAHAHAH
ngakak gw chie bacanya...

tapi keren dan imaginatif banget tulisan lo :D
eh chie, dateng ya: rumah aul

fransisca risky mengatakan...

siaaap! mari berkarya. :D

Anonim mengatakan...

mari mari mari :D

Posting Komentar